11 May, 2025 by Only The Momo

MATRIKS kinerja saham berbasis fundamental yang mau kita bahas dalam artikel ini berfokus pada tujuan apakah layak atau tidaknya saham dibeli, ditahan (jika sudah dibeli sebelumnya), atau mungkin dijual.

Matriks Kinerja Saham

Artikel ini tentu tidak akan terlalu mendetail. Juga tidak akan menjanjikan keputusan yang pasti menghasilkan keuntungan. Melainkan hanya memberikan gambaran praktis kinerja suatu perusahaan, dan sebagai alat bantu untuk mengambil keputusan.

Matriks (yang biasa saya pakai) tersebut antara lain:

Kelima matriks di atas masuk dalam elemen analisis fundamental saham. Selain itu, sebenarnya masih ada banyak elemen yang lain. Puluhan, bahkan mungkin ratusan.

Fungsinya, kita tidak hanya melihat apakah saham itu untung. Melainkan juga kenapa kok bisa untung, apakah keuntungan itu berkelanjutan, seberapa lama keuntungan diperoleh, dan lain sebagainya.

Dalam investasi. Menerapkan elemen analisis seperti itu menjadi penting, walaupun tidak harus. Setidaknya, seperti kata babah Charlie Munger;

“Knowing what you don’t know is more useful than being brilliant.”

Matriks Kinerja Saham Berbasis Fundamental sebagai Dasar Menilai Investasi

Melakukan investasi dengan membeli saham, artinya kita membeli bagian dari perusahaan itu sendiri. Jadi, penting untuk menilai apakah layak perusahaan mendapatkan uang kita atau tidak.

1. Revenue Growth

Untuk mengurangi tingkat kesalahan deskripsi. Saya ambil beberapa pengertian yang bersifat teknis dari berbagai sumber.

Kledo mendefinisikan matriks fundamental saham revenue growth sebagai peningkatan total pendapatan perusahaan selama periode mingguan, bulanan, kuartalan, atau tahunan.

Dengan kata lain, fokus pada matriks ini kita, atau tepatnya saya. Bukan menganalisis seberapa besar pendapatan, melainkan lebih berfokus pada seberapa besar peningkatan.

Karena kedua hal tersebut. Adalah sesuatu yang berbeda.

1.1 Rumus Revenue Growth

Rumus revenue growth berbunyi: revenue growth adalah persentase pembagian dengan pendapatan periode sebelumnya terhadap hasil pengurangan pendapatan periode sekarang dikurangi pendapatan periode sebelumnya.

Rumus revenue growth

Jadi, hasilnya nanti dalam bentuk persentase pertumbuhan.

1.2 Contoh Revenue Growth

Pendapatan 2024 Perusahaan A sebesar Rp 1 miliar, sedangkan pendapatan 2025 periode ini Rp1,5 miliar. Untuk mendapatkan persentase revenue growth, tinggal memasukkan ke dalam rumus.

Revenue Growth=(1,5-1):1×100%=50%

Perusahaan A mendapat pertumbuhan pendapatan sekitar 50%!

Dalam prakteknya, saya tidak menghitung manual, broker – broker sekarang sudah menampilkan matriks ini secara otomatis.

1.3 Analisis Matriks Revenue Growth

Berikut hal-hal atau catatan penting yang perlu kita pahami dalam analisis matriks kinerja saham fundamental berdasarkan elemen revenue growth.

  • Hasil revenue growth tidak melihat besar-kecilnya pendapatan, melainkan besar-kecilnya pertumbuhan!
  • Revenue growth yang baik/bagus adalah jika pertumbuhan naik dan konsisten. Bukan naik tinggi tetapi periode selanjutnya stagnan atau bahkan turun.
  • Revenue growth 10% sudah termasuk kategori tinggi (contoh di atas hanyalah skema menghitung dan menerapkan rumus).
  • Jika penghasilan periode sekarang sama dengan periode sebelumnya, maka revenue growth stagnan (0% growth).
  • Jika penghasilan periode sekarang lebih rendah daripada periode sebelumnya, maka revenue growth menurun (- growth).
  • Revenue growth bukan satu-satunya faktor untuk melihat perkembangan dan pertumbuhan perusahaan secara utuh.

2. Gross Margin

Investopedia mendefinisikan gross margin sebagai persentase uang yang diperoleh perusahaan dari hasil penjualannya setelah menutup biaya langsung untuk memproduksi barang atau jasa.

Secara sederhananya. Saya memahaminya “Jadi berapa keuntungan si Perusahaan ini“?

Gross margin atau laba kotor erat kaitannya dengan keuntungan (berbeda dengan pertumbuhan, ya). Ini bersinggungan juga dengan net profit margin atau laba bersih.

Setelah memahami revenue growth, apakah perusahaan yang memiliki persentase pertumbuhan baik (positive growth) bisa mengalami kerugian? Bisa.

Contohnya, 50% growth seperti di atas tadi, faktor X juga berpengaruh. Perusahaan bisa mengalami kerugian jika perusahaan tersebut ternyata punya utang puluhan miliar dengan cicilan melebih growth per periode.

2.1 Rumus Gross Margin

Rumus gross margin berbunyi: Gross margin adalah persentase pendapatan yang tersisa setelah dikurangi biaya langsung produksi.

Biaya langsung produksi umumnya dikenal sebagai Cost Of Goods Sold (COGS) atau Harga Pokok Penjualan (HPP). Jadi, bisa kita tulis sebagai:

rumus gross margin

Matriks kinerja saham fundamental elemen gross margin ini bertujuan untuk melihat apakah perusahaan mampu menyisihkan uang dari penjualan. Ya, analisis ini berkaitan dengan keberlanjutan serta pertumbuhan perusahaan itu sendiri

2.2 Contoh Gross Margin

Sebuah Perusahaan A memperoleh pendapatan (revenue) Rp1 miliar, dengan HPP/COGS Rp700 juta. Maka, kita bisa mendapatkan persentase gross margin dengan memasukkan ke dalam rumus.

Gross Margin=(1.000.000.000-700.000.000):1.000.000.000×100%=30%

Hasilnya, Perusahaan A mendapatkan gross margin atau laba kotor sekitar 30% dari total seluruh penjualan produknya.

Lantas, apakah nilai tersebut baik, bagus, dan ideal? Berapa gross margin yang ideal?

Rata-rata, gross margin yang ideal berkisar antara 30% hingga 80%. Namun, ini bukan nilai mutlak.

Gross margin antara satu sektor industri dengan sektor industri lain berbeda.

Contohnya, industri teknologi idealnya mencapai gross margin tinggi, sekitar 60% atau lebih. Lain cerita dengan industri ritel, umumnya gross margin rendah, sekitar 10%-25% saja itu sudah bagus.

Jadi dalam analisis matriks gross margin ini, kita juga wajib mengetahui sektor industri atau jenis bisnisnya.

2.3 Analisis Matriks Gross Margin

Nilai atau hasil analisis menggunakan matriks kinerja saham elemen gross margin bisa menunjukkan beberapa hal. Misalnya, industri teknologi memiliki gross margin tinggi lantaran biaya produksi rendah atau faktor lain.

Sedangkankan toko ritel memiliki gross margin sangat rendah lantaran biaya produksi hampir sama dengan biaya jual. Nah, berikut poin penting dalam memahami matriks gross margin ini.

  • Besaran persentase gross margin yang baik dan ideal antara satu sektor industri dengan sektor industri lain berbeda, tidak bisa disamakan. Contohnya sektor teknologi dan sektor ritel.
  • Gross margin rendah bisa dikarenakan beberapa faktor, seperti biaya produksi tinggi, persaingan harga antar perusahaan, atau operasional perusahaan yang memang buruk.
  • Membandingkan gross margin yang baik adalah dalam bidang atau sektor industri yang sama.
  • Gross margin tinggi merupakan pilihan yang bijak untuk investor, sebab memiliki peluang yang lebih besar untuk mendapatkan keuntungan lebih tinggi.
  • Gross margin adalah salah satu indikator yang menunjukkan seberapa efisien dan efektif skema produksi suatu perusahaan.

3. Return on Equity (ROE)

Banyak investor saham yang menaruh perhatian lebih dalam matriks perhitungan return of equity, sebab ini merupakan salah satu elemen yang tidak boleh ketinggalan dalam alat fundamental investasi.

ROE adalah ukuran kinerja keuangan perusahaan berdasarkan hasil pembagian laba bersih dengan ekuitas pemegang saham.

Ekuitas pemegang saham berasal dari aset perusahaan dikurangi keuntungannya, sehingga ROE adalah “cara” perusahaan menunjukkan manfaat atau pengembalian kepada investor.

Pengertian ilmiah dan kaku seperti di atas seringkali bikin saya pusing. Agar lebih mudah dipahami dan tidak menyiksa diri sendiri, seringkali saya menyederhanakannya.

ROE bermaksud mengukur apakah perusahaan pintar mengelola modal atau tidak.

Udah…

3.1 Rumus Return of Equity

ROE membutuhkan net profit, bukan sekadar gross profit. Rumus ROE secara umum sebagai berikut.

rumus return of equity (ROE)

Rumus di atas menunjukkan persentase berapa besar laba bersih perusahaan terhadap ekuitas pemegang saham (investor).

3.2 Contoh Return of Equity

Langsung saja ke contoh, menggunakan rumus di atas, kita bisa tahu setiap Rp1 (satu rupiah) yang investor/pemegang saham tanam ke perusahaan, akan mendapatkan berapa rupiah laba bersih.

Contohnya, perusahaan menghasilkan laba bersih (net profit) Rp50 miliar, sedangkan ekuitas pemegang saham Rp250 miliar. Tinggal memasukkan ke rumus.

ROE=(50:250)x100%=20%

Hasil 20% berarti return of equity perusahaan cukup baik.

Nilai ROEInterpretasi
<10%Rendah
10%-20%Baik
>20%Sangat baik

Jika nilai ROE rendah, apa yang terjadi? Itu menjadi indikator perusahaan lambat berkembang, atau bahkan mengalami masalah yang berpengaruh pada efisiensi dan efektivitas mengelola modal.

Tentu bagi pemegang saham, akan berpikir puluhan kali sebelum menaruh modal ke perusahaan dengan efisiensi rendah, kan?

3.3 Analisis Matriks Return of Equity

Dari penjelasan return of equity di atas, matriks kinerja saham ini sangat penting untuk memilih perusahaan yang punya potensi tumbuh dan berkembang lebih cepat serta konsisten.

Berikut poin penting yang bisa kita ambil dalam analisis ROE.

  • Nilai ROE <10% rendah, 10%-20% baik, dan >20% sangat baik menjadi dasar analisis efisiensi perusahaan mengelola modal.
  • Membandingkan ROE harus dengan sektor industri atau jenis bisnis yang sama.
  • Fungsi ROE tidak hanya untuk analisis efisiensi perusahaan mengelola modal, tetapi juga indikator manajemen yang baik dan dasar perbandingan dengan perusahaan sejenis.
  • Hati-hati! ROE yang terlalu tinggi, mungkin memang efisiensi yang sangat baik, atau karena faktor X seperti perusahaan memiliki utang besar.
  • Agar nilai ROE menunjukkan hasil menyeluruh, analisisnya harus dibarengi dengan rasio utang Debt to Equity Ratio (DER) atau Return on Assets (ROA).
  • Nilai ROE tinggi saja tidak cukup, harus stabil dan konsisten.

4. Cash from Operating Activities (CFO)

Sudah mulai pusing dengan matriks kinerja saham ini? Lho lho lho, ini masih sebagian analisis fundamental agar uang kita tumbuh dan berkembang, bukan sebaliknya, berkurang dan menghilang.

Tenang, kita akan lebih cepat memahami semuanya di luar kepala jika praktik langsung. Namun sebelum itu, dasar teori matriks tetap penting sebagai pijakan fondasi.

Selanjutnya adalah matriks cash from operating activities, apa pula ini?

Dari segi bahasa, kita bisa memahami cash from operating activities berarti (arus) kas dari aktivitas operasi.

Sedangkan dari segi istilah, cash from operating activities berarti jumlah uang tunai (kas) yang perusahaan hasilkan dari aktivitas operasional usaha/bisnisnya. Untuk pengertian matriks ini kiranya sudah cukup sederhana, ya.

Apakah perusahaan bisa menghasilkan uang tunai atau tidak?

4.1 Rumus Cash from Operating Activities (CFO)

Seperti ketiga matriks sebelumnya, cash from operating activities diterbitkan perusahaan per periode tertentu seperti tahunan atau kuartalan. Contoh jelasnya, bisa dilihat di postingan yang ini.

Perhatikan bahwa, biasanya CFO langsung berasal dari laporan arus kas perusahaan terkait. Jadi, kita tidak perlu bingung menghitung menggunakan rumus.

Tetapi secara teknis, rumus cash from operating activities terbentuk dari beberapa variabel dan ditulis sebagai berikut:

CFO=Laba Bersih (Net Income)+Beban non-kas (misalnya depresiasi)±Perubahan modal kerja (working capital)

Ada variabel yang sulit, perubahan modal kerja, bagaimana modal bisa berubah? Ya, modal perusahaan bisa berubah karena beberapa alasan, misalnya uang belum diterima, uang keluar untuk menambah stok, atau belum bayar.

4.2 Contoh Cash from Operating Activities (CFO)

Misalnya, sebuah perusahaan pada laporan keuangan 2025 menyebutkan:

  • Laba bersih            : Rp500 juta
  • Beban non-kas       : Rp100 juta
  • Perubahan modal kerja, mencangkup kenaikan piutang Rp50 juta, kenaikan persediaan Rp30 juta, dan belum bayar Rp20 juta.

Maka, kita bisa mendapatkan nilai CFO dengan memasukkan ke rumus.

CFO=500+100-50-30+20=540 (juta)

Hasil positif Rp540 juta itu bagus, berarti perusahaan menghasilkan uang tunai dari usaha/bisnisnya, sekaligus belanja modal dan membayar utang tanpa perlu mengambil pinjaman.

Bagaimana jika CFO negatif, apakah selalu buruk? Belum tentu, ada beberapa alasan CFO selalu negatif namun sebenarnya untung. Misalnya laporan laba bersih tinggi, kemungkinan CFO negatif berasal dari hasil penjualan yang belum ditagih (belum bayar). Makanya, belum bayar dalam perubahan modal kerja kita jumlahkan (+).

4.3 Analisis Matriks Cash from Operating Activities (CFO)

Masih belum jelas terkait matriks cash from operating activities ini? Lihat poin kunci berikut dan baca ulang pembahasan di atas.

  • CFO umumnya sudah ada secara langsung di laporan arus kas perusahaan (cash flow statement), sehingga kita tidak perlu menghitung teknis/manual.
  • Aktivitas operasional perusahaan mencangkup menjual barang/jasa, membayar pemasok, gaji karyawan, dan menerima pembayaran.
  • CFO positif menunjukkan kesehatan keuangan riil (uang tunai) dari aktivitas perusahaan.
  • CFO negatif menunjukkan perusahaan belum cukup menghasilkan uang tunai. Dampaknya apa, biasanya menerbitkan saham atau mengajukan utang.
  • Nilai CFO negatif tetapi laporan laba bersih tinggi, itu menjadi tanda kalau penjualan produk belum ditagih/belum masuk ke perusahaan. Bagaimana kalau ternyata tidak ada pembayaran yang terlambat? Bisa menjadi tanda bahaya bahwa uang kas perusahaan dikorupsi wkwkwk.
  • Idealnya, cash from operating activities adalah positif, stabil, dan konsisten.

5. Book Value per Share (BVPS)

Sebelum kepala kita keluar asap, kita tuntaskan dengan matriks kinerja saham kelima ini: book value per share. Apa itu?

Secara istilah, book value per share adalah matriks untuk melihat nilai kekayaan bersih perusahaan setelah dikurangi utang, lalu dibagi jumlah saham yang beredar.

Mudahnya, apakah nilai per lembar saham perusahaan itu murah, wajar, atau mahal.

5.1 Rumus Book Value per Share (BVPS)

Hasil perhitungan dengan rumus BVPS menjadi dasar untuk menghitung kembali Price to Book Value (PBV). Nah, hasil akhirnya nanti kelihatan apakah saham itu murah, wajar, atau mahal.

rumus bvps

Sedangkan rumus PBV adalah sebagai berikut:

rumus pbv

Kenapa kita bisa tahu apakah harga saham itu murah atau mahal? Sederhana, secara teori, jumlah saham beredar mewakili 100% kekayaan perusahaan. Sehingga pemegang saham 20%, berarti memiliki 20% bagian perusahaan itu.

5.2 Contoh Book Value per Share (BVPS)

Oke, langsung saja ke contoh, misalnya sebuah perusahaan memiliki total ekuitas Rp2 miliar dan 100 juta lembar saham yang beredar. Kita bisa masukkan ke rumus.

BVPS=2.000.000.000:100.000.000=20

Jadi, setiap lembar saham mewakili kekayaan bersih senilai Rp20 (dua puluh rupiah) di buku perusahaan.

Lantas, apakah Rp20 itu murah, mahal, atau wajar? Misalkan harga saham perusahaan saat ini di pasar adalah Rp30. Masukkan ke rumus PBV.

PBV=30:20=1,5

Nilai 1,5 berarti harga saham di pasar berdasarkan nilai buku per sahamnya adalah wajar (tergantung industri dan kualitas aset).

Nilai PBVDeskripsi
<1,0Undervalued (murah)
1,0-2,0Wajar/normal
>2,0Overvalued (mahal)

Penting kita perhatikan, saham yang dinilai terlalu mahal (overvalued) tidak mutlak itu buruk. Misalnya, untuk perusahaan luar biasa di industri tertentu.

5.3 Analisis Matriks Book Value per Share (BVPS)

Berikut analisis fundamental investasi saham menggunakan elemen BVPS sesuai penjelasan di atas.

  • Analisis BVPS menjadi indikator penilaian apakah saham di pasar terlalu murah, wajar, atau mahal.
  • Nilai BVPS menunjukkan harga saham di buku perusahaan (bukan di pasar).
  • Penggunaan rumus BVPS harus dibarengi dengan rumus Price to Book Value (PBV) untuk melihat nilainya.
  • Saham yang dianggap overvalued tidak mutlak buruk/negatif, tergantung banyak faktor seperti jenis industri dan kapasitas perusahaan.
  • Analisis BVPS kurang diterapkan di industri teknologi sebab memiliki aset tak berwujud.
  • Secara teori, saham yang beredar mewakili 100% kekayaan bersih (ekuitas) perusahaan.
  • Penilaian PBV secara umum <1,0 murah; 1,0-2,0 wajar; dan >2,0 mahal.

Kesimpulan

Penerapan yang umum adalah menggunakan revenue growth dan gross margin untuk menilai pertumbuhan dan efisiensi bisnis perusahaan. Memakai ROE untuk melihat efisiensi manajemen perusahaan menggunakan modal.

Kemudian menggunakan cash from operating activities untuk memastikan perusahaan tersebut bisa menghasilkan uang tunai (kas riil). Serta book value per share dan PBV untuk melihat apakah saham di pasar itu murah, wajar, atau mahal.

Semua matriks kinerja saham ini masih yang dasar sebagai alat fundamental menilai kelayakan investasi.

Meski sudah memahami semuanya di luar kepala, ibaratnya itu kita masih basah sedengkul, sedangkan dunia investasi saham seperti samudera. Proses belajar tidak boleh pernah berhenti!

And oh btw, analisa ini saya gunakan sebelum saya attach Ichimoku kinko hyo di chart.

Leave a Comment